Senin, 31 Desember 2012

Ratusan santri TPQ mengikuti outbond

Mengakhiri program kerja tahun 2012 dan sekaligus mengawali program kerja tahun 2013, dipenghujung tahun 2012 atau tepatnya pada hari ahad 30 desember 2012, BADKO TPQ KARTASURA kembali menggelar acara silaturahmi dan perlombaan antar TPQ yang dikemas dalam sebuah acara "OUTBOND TPQ KARTASURA". Selain sebagai media adu kompetensi dari masing masing TPQ, acara ini dimaksudkan juga sebagai media menjalin ukhuwah antar santri TPQ maupun para pengasuh atau pengajarnya sebagaimana tema yang diangkat dalam acara ini adalah "Pererat Ukhuwah,Wujudkan Generasi Qur'ani".
Outbond TPQ kali ini mengambil setting tempat di sekitar desa gumpang kecamatan kartasura, lebih dari 550 santri mengikuti serangkaian games atau permainan yang terbagi menjadi 5 tempat atau 5 pos dengan masing masing titik penekanan antara lain kerjasama, kecerdasan, ketangkasan, pengorbanan.Nilai nilai itulah yang ingin ditanamkam kepada para santri dalam acara outbond kali ini.
Dengan penuh semangat para santri mengikuti serangkaian acara yang berlangsung dari mulai pukul 07:30 sampai dhuhur, yang disusul dengan pengumuman juara juara outbond baik putra maupun putri,ditengah guyuran hujan yang begitu lebat yang mengiringi saat saat pengumuman juara, para santri tetap semangat menantikan dan berharap mereka yang menjadi peserta terbaik(JUara) outbond kali ini.
Dari hasil rekap nilai yang dikumpulkan  dimasing masing pos akhirnya 6 TPQ dinobatkan menjadi peserta terbaik.

Juara 1 putra : TPQ Al Muttaqin Gumpang
Juara 2 putra : TPQ Amanah Gonilan
Juara 3 Putra : TPQ Al Baroyah Singopuran

Juara 1 Putri : TPQ Mardhotillah Ngadirejo
Juara 2 Putri : TPQ Darul Hikmah Pabelan
Juara 3 Putri : TPQ At Taqwa Ngadirejo

(untuk melihat rekapitulasi nilai bisa di download disini)

Sabtu, 08 Desember 2012

Waktuku, Waktumu, Waktu Kita

Tidak ada yang lebih berharga dalam kehidupan ini setelah iman selain “waktu”. Waktu adalah benda yang paling berharga dalam kehidupan seorang muslim. Ia tidak dapat ditukar oleh apapun. Waktu dalam islam adalah “kehidupan”, al-waqtu huwa al-hayah, demikian kata As-Syahid Hasan Al-Banna. Demikian pula uswah kita Rasulullah SAW adalah seorang yang sangat disiplin mengelola waktu. Keseharian beliau yang sangat “padat acara” lantas tidak membuat semuanya menjadi terbengkalai. Sebaliknya, semua berjalan baik. Itulah keunggulan Rasulullah SAW mengelola waktu dalam memegang kendali pemerintahan, pendakwah, kepala rumah tangga, suami dari istrinya, bapak bagi anak-anaknya, panglima perang, pengusaha, guru, imam masjid, tempat mengadu dan mengeluhkan permasalahan dan sebagainya......

Dapatkan ulasan selengkapnya di Majalah Bunayya edisi ke 4,
Pemesanan Hub Hartanto 085742344392

Selasa, 09 Oktober 2012

Juara LOTISAN

Daftar Juara 1-3 dalam acara LOTISAN 2012 Se Solo Raya, yang diselenggarakan oleh LKG TPQ Solo Raya bekerjasama dengan EO Netral dan Badko TPQ Kartosuro

Selasa, 21 Agustus 2012

Salah Memaknai Idul Fitri

Bagi kalangan tertentu, bulan Ramadhân yang penuh berkah ini merupakan bulan beban. Ibadah-ibadah di bulan Ramadhân terutama ibadah puasa dianggap sebagai penghambat kesempatan. Meskipun dia tetap menunaikan ibadah puasa, namun tidak dengan sepenuh hati. Sementara kalangan yang lain menganggap, ibadah puasa di bulan Ramadhân merupakan rutinitas yang menjanjikan dan berakhir menyenangkan. Sebab sesudah Ramadhân ada hari raya, Idul Fitri. Para pedagang, sejak jauh-jauh hari sebelum Ramadhân tiba, mereka sudah bersiap melakukan stock barang sebagai persiapan untuk meraup keuntungan melimpah di bulan suci ini. Bahkan banyak pedagang musiman yakni khusus bulan Ramadhân. Para karyawan, pegawai, pekerja, buruh dan lain-lain yang bekerja di luar kota pun punya harapan untuk cuti menjelang hari raya

Muhasabah Bulan Syawal 2

Kalau Sudah Bersih, Kenapa Dikotori Lagi?...
Oleh : ustadzah Dwi Sariningsih
TPQ Madinatul 'Ilmi Ngemplak Kartasura

J
ika Ramadhan sudah pergi meninggalkan kita, maka ia telah menyampaikan berbagai pelajaran dan peringatan kepada hati orang-orang yang beriman. Bulan suci yang merupakan bongkahan dari usia kita, juga akan habis sebagaimana usia kita habis. Disaat-saat seperti itu akan ada banyak kaum yang menyesal, padahal bukan lagi w
aktunya untuk menyesal. Orang-orang yang berbahagia diakhir ramadhan atau diakhir usia adalah orang-orang yang mendapat ridha Allah.

Muhasabah Bulan Syawal

Salah satu indikator ketidakberhasilan ibadah ramadhan bisa kita lihat ketika kita masuk dibulan syawal ketika kita merayakan idul fitri yang oleh kebanyakan orang dinamakan dengan hari kemenangan,kemenangan karena kita telah bisa mengalahkan hawa nafsu kita,kemenangan karena kita telah memaksa diri kita untuk ta'at beribadah kepada Allah melalui serangkaian amalan amalan ramadhan yang merupakan madrasah tarbiyah bagi kaum muslimin.Ketika merayakan hari kemenangan kebanyakan kaum muslimin terbuai dengan

Minggu, 08 Juli 2012

AL-QUR’AN RUH KEBANGKITAN UMMAT

Generasi para sahabat Nabi disebut sebagai generasi manusia terbaik yang pernah terlahir di dunia ini sepanjang sejarah manusia (khaira ummatin ukhrijat linnas). Asy-syahid Sayyid Quthub dalam Ma’alim fi at-thariq, menjuluki generasi Muslimin itu sebagai “Al-Jiilul-Qur’any Al-Fariid”(generasi Qur’ani yang unik). Dalam Al-Qur’an wa tafsiruhu disebutkanbahwa munculnya generasi seperti ini setidaknya karena tiga faktor utama yaitu: Pertama, materi Al-Qur’an yang membawa nilai-nilai yang luhur. Kedua, sosok Nabi Muhammad yang paripurna sebagai pembawa amanat ilahi. Ketiga, panduan dari Allah yang selalu menyertai Nabi Muhammad dalam berdakwah. Tiga hal pokok inilah yang menjadikan agama Islam berkembang dengan sangat pesat di seluruh pelosok negeri dalam waktu yang relatif sangat singkat dalam sejarah dakwah para nabi. Selain ketiga faktor di atas, ada hal lain yang mendukung kemunculan generasi khaira ummah tersebut, yakni kesiapan jiwa para sahabat radhiyallahu anhum untuk selalu berinteraksi dengan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Inilah kunci kebangkitan mereka. Ini pula kunci kebangkitan kita pada saat ini. Saat ini yang harus kita lakukan adalah mengembalikan maknawiyah ummat—termasuk kita di dalamnya—agar mau berinteraksi dengan Al-Qur’an sebagaimana generasi sahabat. Ada tiga karakteristik generasi sahabat dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an.Pertama, menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber utama (al-Qur’an manba-un wahiid). Generasi sahabat mempersepsikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber dan landasan kehidupan. Adapun hadits adalah tafsir operasional dari sumber utama itu. Mereka mengenal peradaban Romawi, Yunani, Persia, India, dan China yang tercatat sebagai kebudayaan yang maju waktu itu. Bahkan peradaban Romawi dan Persia mendominasi Jazirah Arab dari utara dan selatan. Tetapi yang menjadi sumber dan acuan generasi sahabat hanyalah Al-Qur’an. Sehingga akal, wawasan, ideologi, dan orientasi mereka terbebas dari pengaruh luar yang tidak sesuai dengan manhaj Al-Qur’an. Sementara generasi berikutnya telah mengalami pembauran sistem dan telah terkontaminasi berbagai polutan dalam memahami sumber utama. Seperti filsafat dan logika Yunani yang banyak mencemari pemikiran pemikir Islam, israiliyat Yahudi dan teologi Nasrani, serta berbagai kebudayaan dan peradaban asing, yang turut mencampuri penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga mengurangi kadar kejernihan pemikiran generasi berikutnya dalam memahami Al-Qur’an. Kedua, menerima Al-Qur’an untuk diamalkan (manhaj at-talaqqi). Para sahabat menerima perintah dari Allah persis seperti seorang prajurit menerima perintah dari komandannya. Al-Qur’an diterima untuk diterapkan secara langsung dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Bukan ditujukan untuk menyingkap rahasia alam, sains, atau pengayaan materi-materi ilmiah. Karena Al-Qur’an bukan buku seni, sains, atau sejarah, sekalipun semuanya terkandung di dalamnya. Sesungguhnya ia diturunkan sebagai pedoman hidup (minhajul hayah). Ketiga, Isolasi (mufashalah) dari persepsi lama. Selain menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber utama—yakni dengan membebaskan akal, wawasan, ideologi, dan orientasi dari pengaruh luar—para sahabat pun membersihkan jiwanya dari noda dan kotoran masa lalu di masa jahiliyyah dengan petunjuk Al-Qur’an. Mereka memulai hidup baru yang sama sekali berbeda dengan masa lalunya. Interaksinya dengan Al-Qur’an telah merubah total lingkungan, kebiasaan, adat, wawasan, ideologi, serta pergaulannya. Ketiga karakteristik inilah yang tidak dimiliki oleh generasi berikutnya, sehingga tidak bertahannya nilai-nilai ke-Islam-an yang utuh dalam persepsi dan mata hati mereka. Dr Muhammad Al Ghazali berkata, “Generasi pertama terangkat kemuliaannya karena menempatkan Alquran di atas segala-galanya. Sedangkan generasi sekarang jatuh kemuliaannya karena menempatkan Alquran di bawah nafsu dan kehendak dirinya”. Fenomena Hari Ini DR. Yusuf Qaradawi dalam salah satu ceramahnya mengungkapkan bahwa saat ini kondisi ummat Islam tidak tepat dalam bersikap terhadap Al-Qur’an. Mereka menjadikan Al Qur’an terlupakan, mereka menghapal huruf-hurufnya, namun tidak memperhatikan ajaran-ajarannya. Mereka tidak mampu berinteraksi secara benar dengannya, tidak memprioritaskan apa yang menjadi prioritas Al Qur’an, tidak menganggap besar apa yang dinilai besar oleh Al Qur’an serta tidak menganggap kecil apa yang dinilai kecil oleh Al Qur’an. Di antara mereka ada yang beriman dengan sebagiannya, namun kafir dengan sebagiannya lagi, seperti yang dilakukan oleh Bani Israel sebelum mereka terhadap kitab suci mereka. Mereka tidak mampu berinteraksi secara baik dengan Al Qur’an, seperti yang dikehendaki oleh Allah SWT. Meskipun mereka mengambil berkah dengan membawanya serta menghias dinding-dinding rumah mereka dengan ayat-ayat Al Qur’an, namun mereka lupa bahwa keberkahan itu terdapat dalam mengikut dan menjalankan hukum-hukumnya. Seperti difirmankan oleh Allah SWT: “Dan Al Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (QS. Al An’aam, 6: 155). Saat ini ummat Islam baru menunaikan kewajibannya terhadap Al-Qur’an sebatas penjagaan dan pemeliharaan saja. Ummat Islam juga menaruh perhatian yang sangat besar dalam mengajarkan Al-Qur’an agar dibaca dan dihafalkan oleh anak-anak mereka. Apa yang mereka lakukan itu memang sudah merupakan pekerjaan besar. Namun belumlah cukup jika hanya berhenti sampai pada titik itu saja. Membaca dan mendengar Al-Qur’an dengan Tadabbur Merenungi (tadabbur) Al-Qur’an merupakan keharusan baik ketika membaca atau saat mendengarkannya. Itulah yang dulu diperbuat oleh para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka senantiasa membaca (tilawah) Al-Qur’an, merenungkan dan mengamalkannya. Mereka tidak beranjak dari satu ayat ke ayat lainnya, dari satu surat ke surat yang lainnya, kecuali setelah mereka benar-benar memahami dan mengamalkannya. عَنْ أَبِى عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا مَنْ كَانَ يُقْرِئُنَا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُمْ كَانُوا يَقْتَرِئُونَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَشَرَ آيَاتٍ فَلاَ يَأْخُذُونَ فِى الْعَشْرِ الأُخْرَى حَتَّى يَعْلَمُوا مَا فِى هَذِهِ مِنَ الْعِلْمِ وَالْعَمَلِ. قَالُوا فَعَلِمْنَا الْعِلْمَ وَالْعَمَلَ. (أحمد) Riwayat dari Abi Abdul Rahman as-Sulamiy (seorang tabi’in), ia berkata, “Telah menceritakan kepada kami orang yang dulu membacakan kepada kami yaitu sahabat-sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka dulu mendapatkan bacaan (Al-Qur’an) dari Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sepuluh ayat, mereka tidak mengambil sepuluh ayat yang lainnya sehingga mereka mengerti apa yang ada di dalamnya yaitu ilmu dan amal. Mereka berkata, ‘Maka kami mengerti ilmu dan amal.’” (Hadits Riwayat Ahmad nomor 24197, dan Ibnu Abi Syaibah nomor 29929) Oleh karena itu, para ulama pada masa lalu dijuluki dengan julukan Al-Qurra’ (orang yang banyak membaca Al-Qur’an). Arti membaca (qira’ah, tilawah) bukanlah sekedar membaca tanpa memahami maksud dan maknanya, sebagaimana banyak terjadi pada masa-masa sekarang ini. Akan tetapi Al-Qari’ (pembaca) adalah identik dengan Al-‘Alim (orang yang mengetahui). Dan Al-Qurra’ berarti para ulama dan para pakar hukum Islam. Begitupula mendengarkan Al-Qur’an bukanlah sekedar mendengar atau hanya menikmati keindahan lagu dan suara merdu pembacanya. Akan tetapi mendengar disini harus disertai dengan merenungkan arti dan maksudnya. Bagaimanakah kondisi manusia pada masa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam saat mendengar Al-Qur’an? Allah SWT berfirman, “Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.).” (QS. Al-Maidah, 5: 83). “Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: ‘Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu‘.” (QS. Al-Isra’, 17: 107 – 109). “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat- ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli dan buta.” (QS. Al-Furqan, 25: 73) “…dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfaal, 8: 2). Begitulah mereka saat mendengar bacaan Al-Qur’an; mencucurkan air mata, menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, menangis dan bertambah khusyu, mendengar dengan penuh kesungguhan, sehingga bertambahlah iman mereka. Bagaimanakah dengan kita? Harus kita akui, cukup banyak di antara kita orang-orang yang apabila dibacakan Al-Qur’an, hatta yang mengandung ancaman-ancaman yang dahsyat, malah bersikap acuh-tak acuh; tidak terpengaruh, seolah-olah tidak mendengar sesuatu yang luar biasa. Yusuf Qaradawi mengatakan bahwa kondisi ummat Islam yang tidak sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an tersebut, sangat difahami dengan baik oleh musuh-musuh Islam. Sehingga mereka tidak risau untuk menyiarkan bacaan Al-Qur’an di berbagai pemancar radio mereka. Radio zionis Israel tidak segan-segan menyiarkan bacaan Al-Qur’an, demikian juga Radio London, dan Suara Amerika. Seolah-olah mereka yakin bahwa Al-Qur’an tidak akan berpengaruh sedikit pun kepada kita. Padahal pada masa lalu, ketika Al-Qur’an dibacakan kepada orang-orang Arab, ia mampu menggoncangkan dan merubah peradaban secara total. Orang-orang musyrik sangat takut terhadap Al-Qur’an walaupun hanya dibaca. Mereka menghalangi anak-anak dan wanita-wanita mereka agar tidak mendengar Al-Qur’an. “Dan orang-orang yang kafir berkata: ‘Janganlah kamu mendengar Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka’.(QS. Fushilat, 41: 26). Berinteraksilah dengan Al-Qur’an, Islam pasti jaya! “Selama kaum Muslimin masih memegang Al-Qur’an di tangan mereka, maka Eropa tidak akan mampu mencengkramkan kekuasaannya di negeri-negeri Timur!” Kalimat ini diungkapkan pada abad 18 oleh William Gladstone, PM Inggris zaman Ratu Victoria. Dari kata-katanya yang penuh kedengkian ini kita dapat memahami bahwa kekuatan kaum Muslimin sesungguhnya terletak pada sejauh mana komitmennya terhadap Al-Qur’an. Inilah kekuatan dahsyat yang menjadi kunci kebangkitan dan kejayaan mereka. Inilah kunci menuju kemenangan dan kemuliaan mereka. Sejarah telah berbicara sebagai fakta abadi; bahwa ummat ini dapat memperoleh izzahnya dengan Al-Qur’an. Dan merekapun Allah kerdilkan karena meninggalkan Al-Qur’an. Renungkanlah sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berikut: اِنَّ اللّهَ يَرْفَعُ بِهَاذَاالكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ آخَرِيْنَ (مسلم) “Sesungguhnya Allah, dengan kitab ini (Al-Qur’an) meninggikan derajat kaum-kaum dan menjatuhkan derajat kaum yang lain.” (HR. Muslim). Maksud hadits ini menurut DR. Muhammad Faiz Almath, “Barangsiapa yang berpedoman dan mengamalkan isi Al-Qur’an, maka Allah akan meninggikan derajatnya, tapi barangsiapa yang tidak beriman kepada Al-Qur’an, maka Allah akan menghinakannya dan merendahkan derajatnya.” Oleh karena itu mereka yang rindu pada kebangkitan ummat Islam, harus segera membuka katup jiwanya dan memenuhinya dengan kesejukan Al-Qur’an. Biarlah ia mengalir mengisi relung-relung jiwa, menyegarkan iman, membersihkan pikiran, dan membuahkan amal. Mereka harus mengiringi langkah-langkahnya dengan kekuatan kalamullah, sebagaimana generasi pertama mereka memulai langkah-langkahnya dengan kekuatan itu. Ingatlah kata-kata bijak Imam Malik, “Umat ini tidak akan jaya kecuali dengan cara pertama kali ia dijayakan genarasi awalnya.” Tidak ada jalan untuk membangkitkan umat dari kelemahan dan ketertinggalan mereka selain dari kembali kepada Al Qur’an ini. Dengan menjadikannya sebagai panutan dan imam yang diikuti. Dan cukuplah Al Qur’an sebagai petunjuk: “Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?.” (QS. An Nisaa, 4: 122) Maraji’: Al-Qur’an wa tafsiruhu, Kementerian Agama RI Berinteraksi dengan Al Qur’an, Dr. Yusuf al Qaradhawi http://hidayatullah.or.id/in/sistematika-wahyu-dokumen-online-88/56-profil-generasi-qurani/79-profil-generasi-qurani.html?showall=1 Gambaran Terjaganya Kemurnian Islam, Hartono Ahmad Jaiz 1100 Hadits Terpilih, DR. Muhammad Faiz Almath

Sabtu, 07 Juli 2012

BADKO KARTASURA ADAKAN JAMBORE

Jambore Anak Islam Kartasura 2012 atau yang lebih gampangnya disebut dengan JAISKA 2012, itulah nama yang dilabelkan pada kegiatan yang diadakan oleh BADKO TPQ Kartasura pada musim liburan sekolah tahun 2012.Kegiatan ini meliputi acara perkemahan dan beberapa perlombaan untuk sarana uji kemampuan dari santri santri TPQ.
"Selain sebagai ajang silaturahmi bagi TPQ se kecamatan kartasura acara ini juga bertujuan sebagai sarana pendidikan kemandirian dan kedisiplinan sekaligus dalam rangka menyongsong datangnya bulan suci ramadhan" tutur ust Nugroho Raharjo ketika beliau memberi sambutan dalam acara pembukaan yang dilaksanakan pada hari sabtu 30 juni 2012.
Hadir dalam kesempatan itu pula perwakilan dari camat kartasura yang sekaligus beliau secara resmi membuka acara jambore yang dilaksanakan selam 2 hari mulai tanggal 30 juni 2012 sampai 1 juli 2012,dalam sambutannya beliau memberikan apresiasi yang luar biasa terhadap kegiatan jambore pada khususnya dan keberadaan TPQ pada umumnya karena keberadaan TPQ bisa menjadi benteng bagi anak anak dari pengaruh budaya asing yang kurang mendidik.
Acara jambore di ikuti oleh 474 santri yang berasal dari 29 TPQ di lingkup kecamatan kartasura yang memperebutkan piala bergilir dari kecamatan kartasura dan KUA kecamatan kartasura.
Beberpa lomba yang dilaksanakan pada jambore tersebut antara lain

  1. Lomba Cerdas Cermat Islami
  2. Lomba Tartil Al Qur'an
  3. Lomba Tahfidz Juz 'Amma
  4. Lomba Adzan & Iqomah
  5. Lomba Dai Cilik
  6. Lomba Pentas Seni
  7. Lomba Memasak untuk ustadz dan ustadzah TPQ  

Jumat, 08 Juni 2012

Informasi JAISKA

Dalam rangka mengisi liburan sekolah tahun ajaran 2011/2012 Badan Koordinasi Taman Pendidikan Al Qur'an  (BADKO TPQ) Kecamatan kartasura akan mengadakan jambore anak islam kartasura atau yang biasa disebut dengan JAISKA.
Jambore ini merupakan jambore  yang kedua yang diadakan oelh BADKO TPQ Kartasura  setelah sebelumnya pada tahun 2010 pernah diadakan acara yang sama.Jaiska merupakan kegiatan rutin yang diadakan oleh ormas  islam di kartasura  yang diawali oleh Pemuda Muhammadiyah & Nasyaitul Aisyiyah (NA),kemudian diteruskan oleh Forum Komunikasi Ustadz/ustadzah Kartasura (FOKUS TPQ) dan untuk masa sekarang dilimpahkan ke BADKO TPQ KARTASURA.
Acara ini berupa  perkemahan santri santri TPQ selama 2 hari mulai tanggal 30 juni sampai 1 juli 2012 yang didalamnya diadakan berbagai macam kegiatan lomba dan acara acara untuk merekatkan ukhuwah antar santri TPQ.
Kegiatan JAISKA tahun ini mengambil tema "Perkuat Ukhuwah Menyongsong Berkah Ramadhan" dengan maksud dengan mempererat ukhuwah akan terwujud suasana  yang konduksif untuk memaksimalkan ibadah di bulan ramadhan sehingga kita bisa meraih berkah ramadahan dan mendapatkan kemenangan dalam ibadah puasa.

Selasa, 29 Mei 2012

Mendidik Dengan Keteladanan

Keteladanan yang baik memberikan pengaruh yang besar terhadap jiwa anak,anak banyak meniru kedua orang tuanya,bahkan bisa membentuk karakter anak.Dalam hadist yang sangat populer disebutkan,..."kedua orang tuanyalah yang  menjadikannya sebagai yahudi,majusi atau nasrani." Rosulullah sendiri mendorong kedua orang tua agar menjadi teladan yang baik bagi anak anak mereka terutama berkenaan dengan akhlak kejujuran didalam bergaul dengan anak anak.


Anak Ibarat cermin bagi diri kita
Abu Dawud meriwayatkan dari Abdullah bin Amir bahwa ia berkata,"Pada suatu hari ibuku memanggilku,sementara itu Rosulullah sedang duduk dirumah kami.Ibuku berkata,"Kemarilah ,kuberi sesuatu."Rosulullah kemudian bertanya,"Apa yang hendak engkau berikan?".Ibuku menjawab,"Aku ingin memberinya kurma.”Kemudian beliau bersabda,”Jika engkau tidak memberinya sesuatu,maka engkau dicatat sebagai orang yang berdusta.”

Anak anak akan selalu mengawasi dan memperhatikan perilaku orang dewasa baik itu orang tuanya maupun orang dewasa disekitarnya termasuk para pendidk mereka (Ustadz/Ustadzah),Mereka akan mencontoh orang orang itu,jika anak anak mendapati mereka jujur maka mereka akan tumbuh  diatas kejujuran.Demikian pula sebaliknya.

Adalah Ibnu Abbas ketika menyaksikan Rosulullah yang sedang melaksanakan shalat malam dihadapannya,maka ia bergegas untuk mengikuti beliau.Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia berkata,”Aku pernah menginap dirumah bibiku, Maimunah,pada suatu malam,Lalu Nabi bangun malam,Beliau bangun kemudian berwudhu,selanjutnya mengerjakan shalat.Akupun kemudian turut mengambil wudhu seperti yang dilakukan beliau kemudian aku berdiri ikut mengerjakan disamping kiri beliau,kenudian beliau memindahkanku disebelah kanan beliau kemudian mengerjakan shalat.”
Ibnu Abbas (yang waktu itu masih kecil) mengambil air wudhu seperti yang ai lihat dari Rosulullah,kemudian berdiri mengerjakan shalat.Demikianlah keteladanan yang baik itu memberikan pengaruh yang besar terhadap anak.

Dalam dunia pendidikan Anak (TPQ) ustadz maupun ustadzah mendapatkan tempat yang istimewa di hati para santri,mereka telah menganggap ustadz/ustadzah sebagi orang tua kedua bagi mereka,sehingga mereka akan selalu mengawasi dan mencontoh perilaku dari ustadz maupun ustadzahnya,untuk itu sebagai salah satu figur dari hendaknya para asatidzah senantiasa memberikan contoh perilaku yang baik bagi para santri santrinya.

Ustadz maupun ustadzah dituntut untuk mengimplementasikan perintah perintah Allah dan sunnah sunnah Rosulullah sebagai perilaku dan amalan sehari hari karena anak anak akan terus mengawasi dan meniru mereka setiap waktu.Sadar atau tidak kemampuan anak anak manerima itu sangat tinggi  diluar dugaan kita. Wallahu ‘alam    

Jumat, 23 Maret 2012

Informasi Kegiatan

HADIRI DAN IKUTILAH!!

Training Ustadz/Ustadzah TPQ"Menyongsong Kebangkitan Umat Melalui TPQ"

Pembicara:
1.Ust.Muh.Natsir,M.Pd(Trainer&Ka.TK Lazkam Ska)dgn materi"Membangun Spirit Pendidikan"
2.Ust.Sunari,S.Fil.I(Trainer TPQ&ex.Badko Kota Yogya)dgn materi"Metode Cepat Iqro Klasikal"

Waktu               :Ahad,25Maret2012Jam08.00s/d dzuhur.

Tempat             :Masjid Fadhlurrahman UMS(Kompleks Kampus1 UMS,Pabelan,Kts)

Kontribusi          :5rb/orang.

Fasilitas            :Buku Iqro' klasikal,mkalah,dan snack.

Pendaftaran Lewat SMS:
Untuk Utusan Lembaga TPQ=>Ketik:TPQ(spasi)Jumlah Peserta(spasi)Alamat.
Untuk Peserta Perorangan=>Ketik:Nama(spasi)Alamat.
Kirim SMS ke 085647151310.
~BADKO TPQ KARTASURA~















Selasa, 06 Maret 2012

Cintailah Ilmu...Wahai Anakku...!!!

Sunnguh aku telah lupa tentang ilmu yang aku pelajari ketika dewasa
Namun aku tidak lupa tentang apa yang aku pelajari ketika belia
Yang namanya ilmu adalah yang dipelajari ketika muda
Sedangkan kesabaran itu adalah menyabarkan diri ketika tua
Ilmu sesudah rambut beruban adalah tekanan
Ketika itu hati telah tumpul,begitu juga pendengaran dan pengelihatan
Sekiranya hati itu dibuka ketika masih muda
Maka ia akan melihat ilmu seperti mengukir diatas batu

Itulah sebait syair/sajak yang ditulis oleh Ibnu Abidin dalam kitab Hasyiyah-nya yang menggambarkan betapa pentingnya menuntut ilmu ketika masih muda.

Thabrani meriwayatkan  dari Abu Darda' bahwa Rosulullah bersabda,"Perumpamaan orang yang mempelajari ilmu di waktu kecil adalah seperti memahat batu,sedangkan perumpamaan mempelajari ilmu ketika dewasa adalah seperti menulis diatas air."

Abu Hurairah meriwayatkan secara marfu',"Siapa yang mempelajari Al-Qur'an ketika masih muda,maka Al-Qur'an akan menyatu dengan daging dan darahnya.Dan siapa mempelajarinya ketika dewasa,sedangkan ilmu itu akan lepas darinya dan tidak melekat pada dirinya,maka ia akan mendapat pahala dua kali." Diriwayatkan oleh Baihaqi,Dailami dan Hakim.
Para sahabat dan tabi'in serta para ahli hadist menegaskan bahwa belajar diwaktu kecil itu memberi pegaruh yang jauh lebih besar terhadap perkembangan keilmuan anak.Disamping itu juga lebih kuat dan lebih melekat di dalam ingatan.

Tak ketinggalan para sastrawan,para ahli hikmah dan para ulama seluruhnya memberi nasihat kepada kaum ayah untuk membimbing anak anak agar mencari ilmu dan pengetahuan sejak usia dini.
Ahmad Syauqi menyeru para pendidik umat dan para pembaharunya agar memberikan perhatian terhadap masalah pendidikan anak anak,karena dari merekalah akan lahir generasi yang akan melakukan suatu keajaiban dan membangunkan umat dari tidurnya.

Betapa banyak orang kecil yang diberi pengajaran oleh kaumnya
Akhirnya menjadi orang yang  mulia dan bisa melindungi orang banyak
Ia menjadi orang berguna dan kebanggan bagi kaumnya
Andaikan ia meninggalkan ilmunya,maka cacat dan aiblah baginya
Maka ajarilah generasimu sesuai yang kau mampu
Mudah mudahan ia menjadi generasi yang bisa melahirkan keajaiban.

Jika kecintaan terhadap ilmu dan kecintaan untuk menuntutnya itu telah benar benar  tertanam dalam jiwa dan pikiran anak,maka dengan sendirinya ia akan terus menuntutnya dengan segala kesulitan dan beban berat yang harus dipikulnya dalam rangka mencari ilmu.Ia juga akan rela tidak tidur malam untuk mendapatkan ilmu tanpa diperintah oleh kedua orang tuanya

Sabtu, 03 Maret 2012

Urgensi Mengajari Anak Berlaku Jujur

Perilaku jujur merupakan satu pilar penting diantara pilar pilar akhlak islam.Untuk memfokuskan dan meneguhkan hal ini jelas dibutuhkan kerja keras.Rosulullah sendiri memberikan perhatian untuk menanamka perangai ini pada diri anak.Beliau juga memberikan pengarahan kepada orang tua agar membiasakan diri berperilaku jujur.Ini dengan maksud agar mereka tidak terperosok kedalam ketidakjujuran yang tercela itu,lalu berbuat bohong kepada anak yang pada akhirnya akan ditiru si anak tersebut.

Belaiu juga menempatkan kaidah umum bahwa anak juga manusia yang mempunyai hak hak dalam bermuamalah kemanusiaan.Kedua orang tua tidak dibenarkan untuk berbohong  atau menipu anak dengan cara apapun dan mengabaikan muamalah dengannya.

Abu Dawud meriwayatkan dari Abdullah bin Amr bahwa ia berkata,"Ibuku memanggilku pada suatu hari,ketika itu Rosulullah sedang duduk bersama kami dirumah kami.Ibuku berkata,"Kemarilah,aku akan memberimu sesuatu."
Rosulullah kemudian bertanya."Apa yang hendak kamu berikan kepadanya? Ia menjawab "Aku hendak memberinya kurman".Beliau bersabda,"Jika ternyata engkau tidak memberikan sesuatu kepadanya,maka engkau menanggung dosa dusta.Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rosulullah bersabda,"Siapa saja yang berkata kepada anaknya "kemarilah,aku beri sesuatu,namun ternyata ia tidak memberinya,maka ia telah ditulis sebagai pendusta".

Demikian besar perhatian Rosulullah terhadap perilaku jujur,maka sudah sepantasnya sebagai orang tua ataupun pengajar(Ustadz/Ustadzah) yang menjadi panutan bagi anak anak untuk senatiasa berbuat dan berlaku jujur dalam segala hal dan kondisi.

Selasa, 28 Februari 2012

Membimbing Anak Sesuai dengan Kecondongan Ilmiahnya

Diriwayatkan oleh Abu Ya'la,Ibnu Asakir dan Abu Dawud dari Zaid bahwa ia berkata,"Rosulullah pernah berkata kepadaku,"Apakah kamu menguasai bahasa suryani? sebab ada beberapa surat yang datang kepadaku dengan bahasa tersebut?.Aku menjawab "Tidak".Beliau bersabda "Kalau begitu pelajarilah".Akupun akhirnya mempelajarinya selama tujuh belas hari."


Riwayat tersebut menceritakan bagaimana Zaid belajar bahasa suryani.Para sahabat sendirilah yang memilihnya kemudian mengajukannya kepada Rosulullah.Mereka sengaja mencalonkannya karena mereka tahu tentang bakat dan kemapuan Zaid dan kecenderungannya kepada masalah bahasa sehingga mampu mewujudkan apa yang diinginkan oleh Rosulullah didalam mempelajari bahasa suryani
.
Ini merupakan bukti dan petunjuk bahwa dalam mengarahkan anak adalah sesuai dengan kecenderungan ilmiahnya dan juga keinginan keinginan kejiwaannya.Sebab,dengan demikian anak lebih bisa menekuni dengan dorongan dari diri sendiri dan juga akan bisa menjadi ahli dan lebih hebat dari yang lain.

Hal ini ditegaskan juga oleh ulama salaf.Ibnu Sina berpendapat "Tidak setiap bidang ilmu atau ketrampilan yang dipelajari oleh anak bisa dikuasai dengan baik.Namun,seyogyanya ia menekuni bidang ilmu yang sesuai dengan karakter dan kecenderungannya."

Ketika Imam Bukhari di masa masa awal beliau ingin mempelajari dan mendalami ilmu fiqih,maka Muhammad bin Hasan berkata kepadanya,"Sekarang pergilah dan tekunilah ilmu hadist!".Hal ini dikatakan oleh Muhammad bin Hasan kepada Bukhari karena ia melihat bahwa Bukhari lebih cocok dalam bidang ini mengingat kemampuannya dalam bidang ini.Bukhari mematuhi sarannya dan akhirnya terbukti menjadi tokohahli hadist dan bahkan menjadi imam para ahli hadist