Rabu, 17 Juli 2013

NIKMATNYA BELAJAR DAN MENGAJARKAN AL-QURAN

Main Sufanti
Pengelola TPA Al-Hidayah Karang Tengah
Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta
           
Umar bin Affan r.a berkata, Rosulullah s.a.w bersabda: “Sebaik-baik kamu  yaitu orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya” (Nawawi et all,1987:123). Hadits yang diriwayatkan Buchory ini menjelaskan bahwa orang yang mau belajar dan mengajarkan Al-Quran adalah orang yang terbaik diantara orang-orang lain. Begitu baiknya, orang mukmin yang bisa membaca Al-Quran diumpamakan oleh Rosulullah bagaikan buah limau yang baunya harum dan rasanya lezat.  Sebaliknya, Rosulullah juga  memberi perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Quran bagaikan buah handhol yang tidak berbau dan rasanya pahit (Nawawi et all,1987:124).
Belajar Al-Quran dan mengajarkan Al-Quran adalah kewajiban setiap muslim. Belajar Al-Quran bisa berupa belajar membaca huruf Al-Quran, belajar menulis, belajar menghafal, belajar memahami makna, sampai pada belajar mengamalkan isi Al-Quran  dalam kehidupan sehari-hari. Belajar bisa dilakukan secara mandiri juga bisa dilakukan dengan bantuan orang lain. Proses membantu orang lain  dalam belajar Al-Quran inilah yang disebut mengajarkan Al-Quran.

Taman Pendidikan Al-Quran
Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) merupakan lembaga  pendidikan nonformal yang bertujuan membentuk generasi Islam yang betul-betul dapat membaca Al-Quran, memahami Al-Quran, dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Lembaga ini biasanya mendidik anak-anak usia 4 – 12 tahun.  Namun, pada perkembangannya  ada juga TPA yang menyelenggarakan pembelajaran untuk remaja bahkan dewasa.
Taman Pendidikan Al-Quran, baik yang dikenal dengan nama TKA, TKQ, TPA, TPQ, TQA  dan bentuk lain yang sejenis  telah tersebar luas di tanah air. Dr. Undang Sumantri (dalam Budiyanti,2011),  staf ahli di Direktorat PD Pontren Departemen Agama RI, pada tanggal 9 Januari 2007 menginformasikan bahwa jumlah TKQ tercatat di Departemen Agama ada 15.756 unit dan TPQ-nya ada 111.685 unit sehingga totalnya ada 127.441 unit. Adapun jumlah ustadz sebanyak 544.411 orang.  Jumlah santri TKQ ada 913.981 anak dan  TPQ ada 6.812.303  sehingga jumlah totalnya 7.726.284 anak.  Ini prestasi yang luar biasa.

Menurut Mangun Budiyanto (2010) keberadaan lembaga ini tidak bisa dipisahkan dari peran K.H.  Dahlan Salim Zarkasi dan K.H.  As’ad Humam. K.H. Dahlan Salim Zarkasi merintis berdirinya TK Al-Quran yang pertama yaitu TK Al-Quran “Mujawwidin” di Semarang (1986) yang menggunakan metode “Qiroati”.  K.H.  As’ad Humam bersama timnya yaitu Tim Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushola (AMM) Yogyakarta mendirikan TK Al-Quran “AMM” di Yogjakarta  pada tanggal 16 Maret 1988. Lembaga ini menggunakan metode “Iqra”.   Selanjutnya,  tim ini mendirikan Taman Pendidikan Al-Quran “AMM”, Ta’limul Quran Lil Aulad “AMM” , dan Kursus Tartilil Quran “AMM” .
Lembaga pendidikan model TPA juga telah didirikan  di beberapa negara sahabat yang mempunyai jaringan fungsional dengan para aktifis di Indonesia. Lembaga sejenis TPA  tersebut telah  didirikan di Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Arab Saudi, dan lain-lain (Mangun Budiyanto,2010). Bahkan, model  pendidikan seperti ini juga  diselenggarakan  di negara yang memiliki umat muslim yang sangat sedikit yaitu di Amerika Serikat. Subhanallah, bertepatan dengan musim salju (Desember 2012) penulis  sempat menemukan masjid An-Noor di Columbus Ohio State. Di masjid inilah pusat pendidikan Al-Quran di Columbus berada dengan berbagai program, baik program belajar jarak jauh maupun program pendidikan seperti TPA di Indonesia. 

Mensyukuri  Nikmat  TPA
Keberadaan TPA di seluruh tanah air di Indonesia dan di negara-negara lain ini merupakan kenikmatan yang luar biasa. Dengan adanya TPA, anak-anak dapat belajar Al-Quran dengan baik. Ketika anak-anak dapat membaca Al-Quran dengan baik, ada harapan bahwa anak-anak ini akan menjadi generasi penerus yang mampu mengamalkan Al-Quran dengan baik. Dengan kata lain, dengan adanya TPA dapat diharapkan  akan muncul generasi Qurani yang dapat dibanggakan oleh kaum muslimin. Al-Quran akan benar-benar menjadi pegangan hidup dalam beribadah maupun dalam bermuamalah.
Kenikmatan ini wajib disyukuri karena  bersyukur adalah suatu kewajiban. Di dalam Q.S Ibrahim:7, Allah berfirman: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.  Ayat ini berisi janji Allah bahwa barang siapa yang senantiasa mensyukuri nikmat Allah maka nikmat itu akan terus ditambah. Begitu pula sebaliknya, barang siapa yang tidak menstyukuri nikmat Allah maka Allah akan menurunkan azabnya yang sangat pedih. Ini janji Allah dan Allah tidak pernah mengingkari janjinya.
Allah telah memberikan banyak kenikmatan kepada manusia, melalui TPA ini. Di dalam TPA ini terjadi proses belajar mengajar yang terus menerus. Bagi santri, TPA memberi fasilitas dan bimbingan agar dapat membaca Al-Quran, memahami kandungan Al-Quran, dan berbagai ajaran agama Islam. Bagi ustad/ustadzah, TPA menjadi ladang mengamalkan ilmu yang dimiliki. Pepatah mengatakan: ilmu yang tidak bermanfaat itu bagaikan pohon yang tidak berbuah. Bagi masyarakat, TPA memberikan lingkungan yang islami. Manfaat yang lain tentunya masih banyak.
Semua manfaat itu adalah kenikmatan yang datang dari Allah yang sulit untuk dihitung. Memang Allah juga telah berfirman dalam  Q.S.  Ibrahim: 34  yang artinya: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya”.  Ayat yang sama difirmankan Allah dalam Q.S. An-Nahl:18.   Allah telah memberi kenikmatan kepada manusia  berupa TPA dan kenikmatan ini tidak bisa dihitung jumlahnya.
TPA telah terbukti memberikan kenikmatan yang tidak bisa dihitung. Oleh karena itu, perlu disyukuri dengan kerja nyata. Perjuangan melanjutkan dan mengembangkan TPA di mana-mana di belahan dunia ini adalah wujud syukur kepada nikmat Allah. Mari berjuang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jazakumullah khoiran