Main Sufanti
Pengelola TPA Al-Hidayah Karang
Tengah
Dosen Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Umar
bin Affan r.a berkata, Rosulullah s.a.w bersabda: “Sebaik-baik kamu yaitu orang
yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya” (Nawawi et all,1987:123).
Hadits yang diriwayatkan Buchory ini menjelaskan bahwa orang yang mau belajar
dan mengajarkan Al-Quran adalah orang yang terbaik diantara orang-orang lain.
Begitu baiknya, orang mukmin yang bisa membaca Al-Quran diumpamakan oleh
Rosulullah bagaikan buah limau yang baunya harum dan rasanya lezat. Sebaliknya, Rosulullah juga memberi perumpamaan orang munafik yang tidak
membaca Al-Quran bagaikan buah handhol yang tidak berbau dan rasanya pahit
(Nawawi et all,1987:124).
Belajar
Al-Quran dan mengajarkan Al-Quran adalah kewajiban setiap muslim. Belajar
Al-Quran bisa berupa belajar membaca huruf Al-Quran, belajar menulis, belajar
menghafal, belajar memahami makna, sampai pada belajar mengamalkan isi Al-Quran
dalam kehidupan sehari-hari. Belajar
bisa dilakukan secara mandiri juga bisa dilakukan dengan bantuan orang lain.
Proses membantu orang lain dalam belajar
Al-Quran inilah yang disebut mengajarkan Al-Quran.
Taman
Pendidikan Al-Quran
Taman
Pendidikan Al-Quran (TPA) merupakan lembaga
pendidikan nonformal yang bertujuan membentuk generasi Islam yang
betul-betul dapat membaca Al-Quran, memahami Al-Quran, dan mengamalkan ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari. Lembaga ini biasanya mendidik anak-anak usia
4 – 12 tahun. Namun, pada
perkembangannya ada juga TPA yang
menyelenggarakan pembelajaran untuk remaja bahkan dewasa.
Taman Pendidikan Al-Quran, baik yang
dikenal dengan nama TKA, TKQ, TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis telah tersebar luas di tanah air. Dr. Undang
Sumantri (dalam Budiyanti,2011), staf
ahli di Direktorat PD Pontren Departemen Agama RI, pada tanggal 9 Januari 2007
menginformasikan bahwa jumlah TKQ tercatat di Departemen Agama ada 15.756 unit
dan TPQ-nya ada 111.685 unit sehingga totalnya ada 127.441 unit. Adapun jumlah
ustadz sebanyak 544.411 orang. Jumlah
santri TKQ ada 913.981 anak dan TPQ ada
6.812.303 sehingga jumlah totalnya 7.726.284
anak. Ini prestasi yang luar biasa.
Menurut Mangun Budiyanto (2010) keberadaan
lembaga ini tidak bisa dipisahkan dari peran K.H. Dahlan Salim Zarkasi dan K.H. As’ad Humam. K.H. Dahlan Salim Zarkasi merintis
berdirinya TK Al-Quran yang pertama yaitu TK Al-Quran “Mujawwidin” di Semarang
(1986) yang menggunakan metode “Qiroati”.
K.H. As’ad Humam bersama timnya yaitu
Tim Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushola (AMM) Yogyakarta mendirikan TK
Al-Quran “AMM” di Yogjakarta pada
tanggal 16 Maret 1988. Lembaga ini menggunakan metode “Iqra”. Selanjutnya,
tim ini mendirikan Taman Pendidikan Al-Quran “AMM”, Ta’limul Quran Lil
Aulad “AMM” , dan Kursus Tartilil Quran “AMM” .
Lembaga pendidikan model TPA juga
telah didirikan di beberapa negara
sahabat yang mempunyai jaringan fungsional dengan para aktifis di Indonesia.
Lembaga sejenis TPA tersebut telah didirikan di Malaysia, Singapura, Brunai
Darussalam, Arab Saudi, dan lain-lain (Mangun Budiyanto,2010). Bahkan,
model pendidikan seperti ini juga diselenggarakan di negara yang memiliki umat muslim yang sangat
sedikit yaitu di Amerika Serikat. Subhanallah, bertepatan dengan musim salju
(Desember 2012) penulis sempat menemukan
masjid An-Noor di Columbus Ohio State. Di masjid inilah pusat pendidikan
Al-Quran di Columbus berada dengan berbagai program, baik program belajar jarak
jauh maupun program pendidikan seperti TPA di Indonesia.
Mensyukuri Nikmat
TPA
Keberadaan
TPA di seluruh tanah air di Indonesia dan di negara-negara lain ini merupakan
kenikmatan yang luar biasa. Dengan adanya TPA, anak-anak dapat belajar Al-Quran
dengan baik. Ketika anak-anak dapat membaca Al-Quran dengan baik, ada harapan
bahwa anak-anak ini akan menjadi generasi penerus yang mampu mengamalkan
Al-Quran dengan baik. Dengan kata lain, dengan adanya TPA dapat diharapkan akan muncul generasi Qurani yang dapat
dibanggakan oleh kaum muslimin. Al-Quran akan benar-benar menjadi pegangan hidup
dalam beribadah maupun dalam bermuamalah.
Kenikmatan
ini wajib disyukuri karena bersyukur
adalah suatu kewajiban. Di dalam Q.S Ibrahim:7, Allah berfirman: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku)
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Ayat ini berisi janji Allah bahwa barang siapa yang senantiasa mensyukuri
nikmat Allah maka nikmat itu akan terus ditambah. Begitu pula sebaliknya,
barang siapa yang tidak menstyukuri nikmat Allah maka Allah akan menurunkan
azabnya yang sangat pedih. Ini janji Allah dan Allah tidak pernah mengingkari
janjinya.
Allah
telah memberikan banyak kenikmatan kepada manusia, melalui TPA ini. Di dalam
TPA ini terjadi proses belajar mengajar yang terus menerus. Bagi santri, TPA
memberi fasilitas dan bimbingan agar dapat membaca Al-Quran, memahami kandungan
Al-Quran, dan berbagai ajaran agama Islam. Bagi ustad/ustadzah, TPA menjadi
ladang mengamalkan ilmu yang dimiliki. Pepatah mengatakan: ilmu yang tidak bermanfaat
itu bagaikan pohon yang tidak berbuah. Bagi masyarakat, TPA memberikan
lingkungan yang islami. Manfaat yang lain tentunya masih banyak.
Semua
manfaat itu adalah kenikmatan yang datang dari Allah yang sulit untuk dihitung.
Memang Allah juga telah berfirman dalam Q.S. Ibrahim: 34
yang artinya: “Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah,niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya”. Ayat yang sama difirmankan Allah dalam Q.S.
An-Nahl:18. Allah telah memberi
kenikmatan kepada manusia berupa TPA dan
kenikmatan ini tidak bisa dihitung jumlahnya.
TPA
telah terbukti memberikan kenikmatan yang tidak bisa dihitung. Oleh karena itu,
perlu disyukuri dengan kerja nyata. Perjuangan melanjutkan dan mengembangkan
TPA di mana-mana di belahan dunia ini adalah wujud syukur kepada nikmat Allah.
Mari berjuang!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jazakumullah khoiran