Rabu, 17 Juli 2013

Mensyukuri Nikmat dan Menikmati Syukur Menjadi Guru TPQ

Oleh : Faqih Annisa

TPQ (Taman Pendidikan al-Qur’an) adalah salah satu organisasi yang banyak menjamur di masyarakat sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan agama islam pada anak-anak. Kelahirannya sangat diharapkan. Tetapi sedikit yang memperhatikan dan mencurahkan pikiran untuk mengelolanya dengan baik.
Apakah antum seorang guru? Guru ngaji? Luruskan niat antum wa antunna bahwasannya TPQ hanya untuk mencari ridho Allah. Kalau antum melenceng dari niat ini, maka TPQ sia-sia saja sebagai ladang dakwah. Jangan jadikan materi dunia sebagai tujuan utama. Karena itu akan mengecewakan antum dan menghapus semua amal-amal kebaikan. Tentunya yang menjadi tujuan utama adalah menyiapkan anak didik menjadi generasi muslim yang bisa membaca Al-Qur’an, mencintainya, komitmen terhadapnya dan menjadikannya sebagai pandangan hidupnya. Pada dasarnya, peran antum sebagai pendidik di TPQ inilah tugas atau amanah yang memang harus diemban dengan totalitas dan sepenuh hati. Pun pengorbanan yang tak setengah-setengah.
Berangkat dari TPQ inilah yang menjadi wadah untuk meluruskan aqidah dan tauhid. Di tengah maraknya isu-isu yang sedang gempar digembar-gemborkan yakni maraknya perbuatan maksiat, bid’ah, baik perbuatan maupun keyakinan, serta perbuatan orang-orang yang sesat bertebaran di sekitar kita. Mulai dari lahirnya aliran-aliran nyeleneh yang membawa nama Islam, hingga muncul orang-orang yang mengaku sebagai Nabi, Rasul, Jibril bahkan mengaku Tuhan. Lebih arogan lagi yang notabenenya orang yang sangat disegani mengaku bisa mewujudkan apapun yang diinginkan para pengikutnya yang berjumlah puluhan bahkan ratusan. Di antara orang-orang yang terpengaruh aliran sesat tersebut, ada juga yang berpendidikan dan telah mengenal agama Islam. Hal ini sangatlah memprihatinkan bagi kita sebagai guru TPQ yang tentunya perlu meluruskan pemahaman yang sekiranya menyimpang dari aturan syari’at islam yang haqiqi.
Dari sekian banyak nikmat yang dianugerahkan oleh Allah kepada umat islam, Islam adalah anugerah yang paling agung. Karena, Islam bukan hanya menuntun manusia pada jalan keselamatan ukhrowi, tapi juga membawa rahmatan lil a’lamin. Tatacara kehidupan manusia diatur sedemikian rupa, dari yang paling berat sampai urusan makan dan membasuh tangan. Islam juga memberikan pandangan yang berbeda terhadap kehidupan manusia dan membedakan dirinya dari hewan ternak yang dipelihara untuk bekerja.
Selain itu, masih banyak nikmat-nikmat lainnya yang tak ada satu pun bisa menghitungnya, kecuali Dzat Yang Maha Mengetahui. Sebagaimana firmannya:
 
 

“dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)” [QS.Al-Ibrahim:34]

Fungsi utama dari bersyukur adalah agar kita betul-betul merasa tenang, bahagia dan sukses dikarenakan Allah telah memberikan kenikmatan yang luar biasa dahsyat dalam kehidupan kita. Orang yang bersyukur hatinya lapang, wajahnya cerah, pikirannya terbuka, motivasinya tinggi, ibadahnya khusyu’, hidupnya banyak memberikan inspirasi bagi dirinya dan semesta di sekitarnya. Kalaulah kita hari ini mengaku sudah bersyukur tapi masih sering stress, menghujat, mudah marah, cepat khawatir, takut kehilangan, dan perasaan negatif lainnya, berarti teknik bersyukur kita masih perlu diperbaiki. Katanya sudah bersyukur, lha kok masih sambat saben hari?
Bukankah di Al-Quran dikatakan "Kalau kalian bersyukur pasti akan Aku tambah nikmat bagi kalian, kalau kalian kufur (tidak bersyukur) maka azabKu sangatlah pedih". Dan, lambang dari azab yang pedih itu adalah hadirnya kemalasan yang istiqomah dalam kehidupan kita.
Nah, apa betul kita ini sudah bersyukur? Kalau sudah bersyukur, lalu kenapa masih sering mengeluh?
Contoh, kita mendapatkan sebuah amanah mengajar di sebuah TPQ yang kita anggap masih rintisan karena bersantri masih berjumlah hitungan jari. Tapi ternyata setelah amanah itu selesai kita tunaikan hanya mendapatkan 2 santri yang masih tetap istiqomah. Lalu kita berusaha untuk bersyukur dengan kalimat “Alhamdulillah, masih dapet 2 santri, masih untung ada amanah, alhamdulillah deh”. Tapi ternyata hati kita belum tentu bersyukur sesuai dengan ucapan yang kita katakan. Hati kita masih saja bertanya dan kesal "Kenapa hanya 2 santri? apa salah saya?". Nah, inilah salah satu kesalahan bersyukur. Bersyukur itu seharusnya nikmat sehingga menambah kenikmatan yang ada. Istilahnya : Mensyukuri nikmat dengan cara menikmati syukur itu sendiri. Contoh lain, misalnya Antum pada faktanya memiliki waktu yang sempit, karena disibukkan oleh berbagai aktivitas di luar rumah. Lalu Anda bersyukur dalam kalimat, 

“Ya Allah, terimakasih atas  waktu yang telah Engkau berikan ini, walau sempit dan super duper sibukers, saya tetap bersyukur dengan memanfaatkan jatah usiaku di dunia dengan meluangkan sedikit waktu dengan berbagi ilmu yang bermanfaat sebagai bekalku kelak di akhirat”.

 Nah, apakah setelah Antum mengucapkan rasa syukur itu hati menjadi lapang?
Ternyata, kunci dari mensyukuri nikmat adalah menikmati syukur. Betapa singkat jatah waktu yang Allah Azza Wa Jalla berikan kepada kita untuk mencari bekal sebagai investasi akhirat dengan menebar ilmu yang bermanfaat. Inilah salah satu alasan kita patut bersyukur dan menikmati hari demi hari, bahkan detik demi detik bersama para santri yang dididik dengan sepenuh cinta kasih karena Allah. Karena antum adalah manusia pilihan Allah sebagai penyampai risalah walau hanya satu ayat. Tanpa disadari Allah memberkahi hidup antum serta rahmat dan ridhoNya selalu menaungi setiap deru napas kehidupan antum.
Nikmat itu tidak harus dikaitkan dengan fakta yang ada, tapi kenikmatan sejati bisa melampaui sang fakta. Fakta itu terbatas, sedangkan nikmat itu tak terbatas.   

 Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? [QS.Ar-Rahman]

Sahabatku, ketika kita sedang melatih Pikiran dan Perasaan dalam bersyukur yang berkualitas nikmat, maka tak perlu heran jika setiap hari latihan bersyukur yang dilakukan sepertinya semakin tidak mudah. Sebab dibenturkan oleh berbagai fakta yang sulit untuk disyukuri. Sekali lagi, kita wajib bersyukur atas segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah dengan cara taat dan takut serta menebar ilmu yang bermanfaat. Taat menjalankan segala perintah-Nya dan takut menerjang segala larangan-Nya. Meskipun pada hakikatnya kita bisa bersyukur itu adalah sesuatu yang harus kita syukuri pula. Wallohu â’lam bisshowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jazakumullah khoiran