Anak adalah
anugerah yang terindah, penyempurna sebuah keluarga. Orang tua dengan ikhlas
mengeluarkan berlembar-lembar uang untuk masa depan mereka. Di sekolahkan
mulai dari TK, SD, SMP, SMA sampai dengan perguruan tinggi. Meskipun disadari
bahwa yang didapat hanyalah lembaran kertas. Namun itu adalah salah satu cara
orang tua untuk mengoptimalkan kemampuan anak.
Anak yang
terlahir, tidak bisa memilih lahir dari keluarga yang mana. Seandainya ia bisa
memilih, kemungkinan dia akan memilih lahir dari keluarga ustadz maupun
ustadzah. Namun, dengan mensyukuri apapun yang telah Allah kehendaki dan
berusaha memberikan yang terbaik untuk anak, itu adalah sebagai wujud
mengoptimalkan potensi anak. Maka, BADKO TPQ Kartasura mengadakan Kajian Rutin (Kantin)
pada hari Minggu (27/3/2016) dimulai pukul 09.00, bertempat di Masjid Al
Hidayah Karangtengah Ngadirejo, Kartasura.
Lejitkan
Potensi Buah Hati menjadi tema yang akan dibahas dalam Kantin. Kegiatan Kantin
ini diisi oleh Ustadzah Lisda
Farkhani, S.Psi., psikolog dan ketua
PWNA Jateng. Acara Kantin berlangsung
meriah, diawali dengan penyambutan dari tuan rumah
yaitu Main Sufanti. Kantin ini diikuti oleh guru-guru TPQ se-Kartasura dan wali santri dari TPQ Al Hidayah. Dimoderatori
oleh Tri Nurhayati.
Ustadzah Lisda Farkhani menyampaikan bahwa potensi anak
bisa dilatih dari keluarga. Kebiasaan keluarga membentuk karakter pada anak. Di
mana di tayangkan dalam video, seorang anak yang meminta roti kepada neneknya.
Namun, karena uangnya tidak cukup. Nenek tersebut
mengutarakan dengan bahasa yang sopan. Maka yang terjadi adalah anak tersebut
terbiasa dengan pembentukan karakter yang positif. Berbeda ketika, ada kejadian
jatuhnya seseorang dari sepeda motor dan orang tua memberi tanggapan yang
negatif, maka anak akan terbentuk dengan karakter yang negatif.
Potensi anak
bisa dimulai dari semenjak dia berumur 18 bulan. Di usia ini, usia yang
berpengaruh pada otaknya. Di mana anak perlu rangsangan. Maka, pada usia ini
perlu dilatih untuk berbicara, untuk mengenal keluarga dan dikenalkan hal-hal
yang positif.
Rasul mengajarkan
untuk memberi kasih sayang dari pada menanam kebencian. Terbukti, saat beliau
dilempari kotoran setiap harinya, beliau tidak marah. Bahkan, ketika si
pelempar kotoran tidak melemparinya kotoran lagi beliau menanyakan kabarnya.
Beliau memberikan contoh dengan menjenguknya, bukan dengan menghujatnya. Inilah
sebuah contoh, bahwa ketika mendidik anak, harus dengan kelemah lembutan dan
dengan penuh kasih sayang. (HH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jazakumullah khoiran