Rabu, 30 Maret 2016

Lejitkan Potensi Buah Hati (Kantin BADKO edisi Maret 2016)


Anak adalah anugerah yang terindah, penyempurna sebuah keluarga. Orang tua dengan ikhlas mengeluarkan berlembar-lembar uang untuk masa depan mereka. Di sekolahkan mulai dari TK, SD, SMP, SMA sampai dengan perguruan tinggi. Meskipun disadari bahwa yang didapat hanyalah lembaran kertas. Namun itu adalah salah satu cara orang tua untuk mengoptimalkan kemampuan anak.
Anak yang terlahir, tidak bisa memilih lahir dari keluarga yang mana. Seandainya ia bisa memilih, kemungkinan dia akan memilih lahir dari keluarga ustadz maupun ustadzah. Namun, dengan mensyukuri apapun yang telah Allah kehendaki dan berusaha memberikan yang terbaik untuk anak, itu adalah sebagai wujud mengoptimalkan potensi anak. Maka, BADKO TPQ Kartasura mengadakan Kajian Rutin (Kantin) pada hari Minggu (27/3/2016) dimulai pukul 09.00, bertempat di Masjid Al Hidayah Karangtengah Ngadirejo, Kartasura.
Lejitkan Potensi Buah Hati menjadi tema yang akan dibahas dalam Kantin. Kegiatan Kantin ini diisi oleh Ustadzah Lisda Farkhani, S.Psi.,  psikolog dan ketua PWNA Jateng. Acara Kantin berlangsung meriah, diawali dengan penyambutan dari tuan rumah yaitu Main Sufanti. Kantin ini diikuti oleh guru-guru TPQ se-Kartasura dan wali santri dari TPQ Al Hidayah. Dimoderatori oleh Tri Nurhayati.


Ustadzah Lisda Farkhani menyampaikan bahwa potensi anak bisa dilatih dari keluarga. Kebiasaan keluarga membentuk karakter pada anak. Di mana di tayangkan dalam video, seorang anak yang meminta roti kepada neneknya. Namun, karena uangnya tidak cukup. Nenek tersebut mengutarakan dengan bahasa yang sopan. Maka yang terjadi adalah anak tersebut terbiasa dengan pembentukan karakter yang positif. Berbeda ketika, ada kejadian jatuhnya seseorang dari sepeda motor dan orang tua memberi tanggapan yang negatif, maka anak akan terbentuk dengan karakter yang negatif.
Potensi anak bisa dimulai dari semenjak dia berumur 18 bulan. Di usia ini, usia yang berpengaruh pada otaknya. Di mana anak perlu rangsangan. Maka, pada usia ini perlu dilatih untuk berbicara, untuk mengenal keluarga dan dikenalkan hal-hal yang positif.
Rasul mengajarkan untuk memberi kasih sayang dari pada menanam kebencian. Terbukti, saat beliau dilempari kotoran setiap harinya, beliau tidak marah. Bahkan, ketika si pelempar kotoran tidak melemparinya kotoran lagi beliau menanyakan kabarnya. Beliau memberikan contoh dengan menjenguknya, bukan dengan menghujatnya. Inilah sebuah contoh, bahwa ketika mendidik anak, harus dengan kelemah lembutan dan dengan penuh kasih sayang. (HH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jazakumullah khoiran