Selasa, 15 Juli 2014

Melatih Kemandirian kepada Anak

Oleh : Lisda Farkhani, S. Psi
Sore itu terdengar perbincangan dari dalam kamar. “ssttttt tapi umi jangan sampai tahu,”bisik kakak. “iya tapi kalau ditanya umi gimana kak?”tanya adik. “senyum saja, nggak usah dijawab dik,”kata kakak lagi. Sesaat mba yang membantu dirumah kami keluar dari kamar kakak. “janji ya mba, “kata kakak. Mba hanya tersenyum dengan mengangguk dan terdengar adik teriak “makasih mba.” Begitu melihat aku sudah berdiri didepan kamar, anak-anak melangkah mundur,” ada apa ya?”tanyaku pada mereka. Kakak mengedipkan mata ke adik, sementara adiknya senyam-senyum,”nggak apa-apa kok umi,”kata adik. Ahad pagi itu akhirnya anak-anak menyampaikan protesnya. Mereka bertanya mengapa harus merapikan meja belajarnya dan melipat selimut sendiri. Termasuk juga beberapa tugas sehari-hari yang memang harus mereka kerjakan sendiri. Sementara beberapa temannya bercerita bahwa itu adalah pekerjaan mbak yang membantu dirumah. Akhirnya perbincangan panjangpun mengalir tentang pentingnya memahami dan belajar mengerjakan tugas-tugas pribadi serta manfaatnya bagi mereka kelak. Hingga adik berkomentar,”ehm jadi nanti kalau ada tamu umi nggak usah nyuruh mba bukain pintu dong, buka sendiri saja khan punya tangan dan kaki.” Aku tertawa sambil mengucek-ucek rambut adik, namanya anak-anak ternyata.

Abi umi seberapa seringkah bunayya berkomentar seperti cerita diatas. Mereka akhirnya akan menggunakan kalimat kita dengan sempurna saat diminta melakukan sesuatu. Seperti “apa abi dan umi nggak punya kaki?” Hal ini karena biasanya kita mengatakan  “tangan dan kaki adik senang lho kalau digunakan untuk mengambil minum sendiri,”
Sikap mandiri diperlukan dalam kehidupan manusia. Dengan kemandirian yang dimiliki orang menjadi siap menghadapi segala hal dengan lebih nyaman. Karena ia tidak perlu tergantung dengan kehadiran orang lain untuk membantu menyelesaikan urusannya.
Abi umi tentunya sikap mandiri hanya dapat dimiliki seseorang karena proses pemahaman dan pembiasaan sedari kecil. Dan untuk membentuk sikap mandiri ada beberapa hal yang bisa kita lakukan diantaranya :
Ø  Pemahaman dan pembiasaan sedari kecil.
Abi umi hal yang perlu kita lakukan adalah memberikan pemahaman kepada bunayya pentingnya sikap mandiri. Semisal kita jelaskan bahwa Alloh menganugerahkan kaki dan tangan untuk berbuat baik, termasuk melipat selimut setelah bangun tidur. Bagi keluarga yang mempunyai khadimat, hal yang tidak boleh ditinggalkan adalah memberi pemahaman bahwa mbaknya bekerja untuk meringankan pekerjaan keluarga. Akan tetapi tidak semua pekerjaan bisa dilakukan oleh mbaknya. Karena mereka manusia biasa yang mempunyai rasa lelah dan perlu istirahat. Sehingga bekerjasama dan saling membantu perlu dilakukan. Kalau masih bisa melakukan sendiri maka kita latih bunayya untuk melakukannya. Dengan demikian mereka akan terbiasa untuk melaksanakan tugasnya dengan lebih mandiri.
Ø  Disesuaikan dengan tingkat kemampuan bunayya.
Abi umi hal lain yang perlu kita perhatikan dalam melatih kemandirian bunayya adalah menyesuaikan tugas yang mereka lakukan dengan tingkat kemampuannya. Hal ini diperlukan supaya bunayya tidak merasa berat dan sulit dalam melakukannya. Bunayya kita latih dari mengerjakan tugas-tugas yang terkait dengan pribadinya. Seperti merapikan mainan, meletakkan sepatu dan sandal pada tempatnya, menata meja belajar, menaruh baju kotor setelah habis dipakai dibak cucian hingga setelah bertambah usia kita beri tugas untuk membantu pekerjaan rumah seperti menyapu, menyiram tanaman dll.
Ø  Pemberian contoh.
Abi umi hal penting lain yang tidak boleh kita lupakan adalah memberi contoh kepada bunayya. Dengan diberi contoh mereka akan belajar bagaimana harus melakukan tugasnya. Efek lainnya adalah bunayya akan menjadi lebih senang dalam melakukannya karena merasa mendapat dukungan. Semisal kita melatih bunayya yang baru masuk TK untuk terbiasa meletakkan sepatu di rak. Maka sepulang sekolah kita bisa mengajak meletakkan sepatu bersama-sama di rak. 
Ø  Adanya reward-punishment.
Abi umi hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah memberi apresiasi terhadap perilaku mandiri bunayya. Semisal mereka meletakkan sepatu pada tempatnya maka segera kita memberi pujian dengan “alhamdulillah adik hebat, pahalanya banyak sekali karena meletakkan sepatu dirak. Khan Alloh mencintai kerapian.” Hal ini dimaksudkan agar bunayya memahami bahwa dengan melakukan hal positif maka berarti sama dengan mengumpulkan pundi-pundi pahala di surga.
Abi umi bukankah membantu kesulitan orang lain lebih baik daripada kita merepotkannya dengan harus membantu kepentingan kita. Maka melatihkan sikap mandiri adalah salah satu cara yang bisa kita gunakan agar bunayya terbiasa menyelesaikan tugasnya. Dan tentunya semua itu membutuhkan keistiqomahan dalam melakukannya.
Wallahu a’lam bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jazakumullah khoiran