Minggu, 27 Juli 2014
Selasa, 22 Juli 2014
Bagaimana Mengakhiri Ramadhan
Hatta Syamsuddin, Lc
Segala puji bagi Allah, teriring doa dan keselamatan semoga terlimpah atas nabi dan rasul termulia: Muhammad SAW, juga atas keluarga dan para sahabat, serta kepada semua yang mengikuti mereka dalam kebenaran sampai hari kiamat nanti. Ramadhan akan segera berlalu. Kurang lebih beberapa hitungan hari lagi lagi hilal syawal akan muncul dan mengakhiri bulan mulia itu. Seperti biasa, kaum muslimin menyikapi akhir Ramadhan dengan ragam kegiatan yang berbeda-beda. Sebagian menjalankan sunnah I’tikaf untuk mengais keberkahan yang tersisa di bulan ini, khususnya kemuliaan malam lailatul qadar. Sebagian lainnya mulai menyibukkan diri untuk menyambut lebaran yang tengah dinanti. Berbagai adat tradisi yang mengitari seputar idul fitri pun mulai bermunculan di sana-sini. Setiap muslim di ujung ramadhan mendapati dirinya pada dua dilema yang selalu berulang setiap tahunnya. Kita pasti bersedih karena akan kehilangan momentum pahala dan keberkahan yang berlipat-lipat di bulan ramadhan, namun pada saat yang sama kita juga harus bergembira dengan datangnya hari raya Idul Fitri. Dari Aisyah ra, Rasulullah SAW bersabda tentang kebahagiaan di hari raya : “ Sesungguhnya setiap kaum itu mempunyai hari raya, dan sungguh inilah hari kegembiraan bagi kita “ (HR Bukhori).
Setidaknya ada tiga hal yang bisa dilakukan seorang muslim di akhir ramadhan, agar bisa tetap optimal dalam menutup ramadhan, sekaligus mempersiapkan kebahagiaan yang syar’I di hari raya nanti ;
Segala puji bagi Allah, teriring doa dan keselamatan semoga terlimpah atas nabi dan rasul termulia: Muhammad SAW, juga atas keluarga dan para sahabat, serta kepada semua yang mengikuti mereka dalam kebenaran sampai hari kiamat nanti. Ramadhan akan segera berlalu. Kurang lebih beberapa hitungan hari lagi lagi hilal syawal akan muncul dan mengakhiri bulan mulia itu. Seperti biasa, kaum muslimin menyikapi akhir Ramadhan dengan ragam kegiatan yang berbeda-beda. Sebagian menjalankan sunnah I’tikaf untuk mengais keberkahan yang tersisa di bulan ini, khususnya kemuliaan malam lailatul qadar. Sebagian lainnya mulai menyibukkan diri untuk menyambut lebaran yang tengah dinanti. Berbagai adat tradisi yang mengitari seputar idul fitri pun mulai bermunculan di sana-sini. Setiap muslim di ujung ramadhan mendapati dirinya pada dua dilema yang selalu berulang setiap tahunnya. Kita pasti bersedih karena akan kehilangan momentum pahala dan keberkahan yang berlipat-lipat di bulan ramadhan, namun pada saat yang sama kita juga harus bergembira dengan datangnya hari raya Idul Fitri. Dari Aisyah ra, Rasulullah SAW bersabda tentang kebahagiaan di hari raya : “ Sesungguhnya setiap kaum itu mempunyai hari raya, dan sungguh inilah hari kegembiraan bagi kita “ (HR Bukhori).
Setidaknya ada tiga hal yang bisa dilakukan seorang muslim di akhir ramadhan, agar bisa tetap optimal dalam menutup ramadhan, sekaligus mempersiapkan kebahagiaan yang syar’I di hari raya nanti ;
Sabtu, 19 Juli 2014
Profil TPQ AR ROHIM PABELAN
TPA merupakan lembaga pendidikan
nonformal yang bertujuan untuk mencetak masyarakat pada umumnya dan generasi
muda pada khususnya menjadi generasi islam dan qur’ani.
TPA Ar rohim beralamat di kidul
warung rt 2 rw 6, pabelan, kartasura. Berdiri pada tahun 1990-an. TPA Ar rohim
pabelan dahulu merupakan pusat TPA yang terdiri dari 3 desa, karena 2 desa
diantaranya belum ada TPA. Saat itu jumlah santrinya cukup banyak. Banyaknya
santri otomatis suasana TPA pasti lebih ramai, tapi ramainya mereka sebanding
dengan juara-juara yang mereka dapatkan. Subhanallah
Namun TPA Ar rohim kini sudah
berdiri sendiri karena 2 desa yang sebelumnya belum ada TPA kini sudah berdiri
TPA di masjid mereka. Kemudian seiring berjalannya waktu, jumlah santri TPA Ar
rohim kini semakin sedikit namun masih terbilang cukup untuk dikatakan sebuah
TPA. Jadi terkadang kami flexibel dalam materi untuk menyesuaikan kondisi santri.
Dalam penyampaian materi, terkadang kami membuat sebuah game agar selalu
diingat, juga menggunakan syair/lagu untuk materi tertentu. Untuk tahfidz kami
mengambil waktu malam ba’da magrib setiap hari sabtu agar ada variasi waktu.
Alhamdulillah walaupun tidak sebanyak dulu, juara dalam perlombaan pernah kami
dapatkan. Kegiatan kami diluar jam TPA, kami pernah mengadakan lomba masak,
lomba menggambar, mewarnai dan outbond keliling desa. Insya Allah dengan cara
begitu kami dapat menarik perhatian anak-anak di desa pada khususnya untuk
mengikuti TPA. Di dukung dengan acara-acara yang diadakan oleh BADKO TPQ juga
membuat santri semangat untuk TPA. Apalagi saat Ramadhan tiba subhanallah
antusias anak-anak desa untuk ke TPA luar biasa. Mungkin mereka ingin
menghabiskan Ramadhan dengan banyak beramal sholeh.
Selasa, 15 Juli 2014
Melatih Kemandirian kepada Anak
Oleh : Lisda
Farkhani, S. Psi
Sore itu terdengar
perbincangan dari dalam kamar. “ssttttt tapi umi jangan sampai tahu,”bisik
kakak. “iya tapi kalau ditanya umi gimana kak?”tanya adik. “senyum saja, nggak
usah dijawab dik,”kata kakak lagi. Sesaat mba yang membantu dirumah kami keluar
dari kamar kakak. “janji ya mba, “kata kakak. Mba hanya tersenyum dengan
mengangguk dan terdengar adik teriak “makasih mba.” Begitu melihat aku sudah
berdiri didepan kamar, anak-anak melangkah mundur,” ada apa ya?”tanyaku pada
mereka. Kakak mengedipkan mata ke adik, sementara adiknya senyam-senyum,”nggak
apa-apa kok umi,”kata adik. Ahad pagi itu akhirnya anak-anak menyampaikan
protesnya. Mereka bertanya mengapa harus merapikan meja belajarnya dan melipat
selimut sendiri. Termasuk juga beberapa tugas sehari-hari yang memang harus
mereka kerjakan sendiri. Sementara beberapa temannya bercerita bahwa itu adalah
pekerjaan mbak yang membantu dirumah. Akhirnya perbincangan panjangpun mengalir
tentang pentingnya memahami dan belajar mengerjakan tugas-tugas pribadi serta
manfaatnya bagi mereka kelak. Hingga adik berkomentar,”ehm jadi nanti kalau ada
tamu umi nggak usah nyuruh mba bukain pintu dong, buka sendiri saja khan punya
tangan dan kaki.” Aku tertawa sambil mengucek-ucek rambut adik, namanya
anak-anak ternyata.
Abi umi seberapa
seringkah bunayya berkomentar seperti cerita diatas. Mereka akhirnya akan
menggunakan kalimat kita dengan sempurna saat diminta melakukan sesuatu.
Seperti “apa abi dan umi nggak punya kaki?” Hal ini karena biasanya kita
mengatakan “tangan dan kaki adik senang
lho kalau digunakan untuk mengambil minum sendiri,”
Sikap mandiri
diperlukan dalam kehidupan manusia. Dengan kemandirian yang dimiliki orang
menjadi siap menghadapi segala hal dengan lebih nyaman. Karena ia tidak perlu
tergantung dengan kehadiran orang lain untuk membantu menyelesaikan urusannya.
Langganan:
Postingan (Atom)